Kuliah baru semester 1 waktu itu, saat mata kuliah sejarah psikologi, membahas tokoh bernama Sigmund Freud yang Masyhur dengan Psikoanalisa itu.
Pikiran saya teringat tentang karya Alfred A Barios yang menyatakan Psikoanalisa setelah 600 sesi kesembuhan rata-ratanya adalah 38%, Terapi prilaku setelah 22 sesi mencapai 72% untuk recovery rate-nya, sedangkan hipnoterapi menjadi juara dengan 6 sesi memiliki kesembuhan rata-rata 93 %.
Dikelas itu pula saya mengangkat tangan ketika dosen saya mengatakan "ada pertanyaan?"
Dan saya pun menanyakan apa yang diteliti Alfred A Barios yang saya tuliskan diatas, "Kalau recovery rate-nya 38% setelah 600 sesi, kenapa masih kita pelajari, apakah tidak buang waktu? Kenapa tidak belajar Hipnoterapi yang penilitiannya lebih efektif dan besar dalam presentase kesembuhannya?"
Dosen saya dengan menggelengkan kepala cuma bisa bilang "Inilah jika praktisi Hipnoterapi dilawan," dan satu kelas pun tertawa, ternyata dosen saya ini mengetahui profesi saya.
"Bagaimanapun dalam kurikulum kampus kita, tidak melihat dari keefektifan terapinya, melainkan dasar teori yang dibangun Freud, toh Hipnoterapi diwarnai oleh pemikiran Freud juga kan?" Ucap dosen saya.
Mengenai kurikulum psikologi, hal yang sama dikatakan Prof YF La Kahija yang akrab disapa Prof Han, lulusan S2 psikologi transpersonal di University of Northampton, Inggris menuturkan harusnya Hipnosis menjadi bagian penting dalam kurikulum yang diajarkan di psikologi.
Kembali ke penelitian Barios, ternyata hipnoterapi yang dipakai saat penelitian adalah berbasis sugesti, menurut Dr Adi W Gunawan sebuah keyakinan yang pasti jika penelitian tersebut menggunakan Hipnoterapi berbasis hipnoanalisa maka akan cukup dengan satu atau dua sesi, maksimal 3 sesi untuk menuntaskan persoalan dalam penelitian Barios tersebut.
Daripada nunggu S2 Mapro psikologi dengan title M.Psi Psikolog yuk belajar Hipnoterapi dari sekarang, sambil berproses degan akademik, Hipnoterapinya secara teori diperkokoh dan secara praktik semakin matang dengan jam terbangnya.